Awal percobaan tentang adanya auksin pernah dilakukan oleh Darwin and
Darwin (1881); Boysen and Jensen (1913); dan Frits Went (1962) dalam Michniewicz et al.,
2007) yang mempelajari pembelokan tunas kecambah kearah cahaya dan kini diketahui bahwa pembelokan tersebut karena adanya
hormon auksin endogen yaitu Indoleacetid
acid (IAA). Namun tumbuhan mengandung 3 senyawa lain yang struktrurnya
mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga
senyawa tersebut dapat dianggap sebagai auksin. Senyawa-senyawa tersebut adalah
asam 4-Kloroindol Asetat, Asam Fenil Asetat dan asam 3-Indolebuteryc
Acid (Dwidjoseputro, 1992).
Sebagaimana diketahui, IAA
adalah auksin endogen yang terbentuk dari Trypthopan (Trp) yang merupakan suatu
senyawa dengan inti Indole dan selalu terdapat dalam jaringan tanaman di dalam
proses biosintesis. Menurut George et a.l (2008), ada beberapa mekanisme
proses sintesa auksin (konversi Trp
menjadi IAA):
a.
Reaksi
Indolpiruvat
Reaksi ini merupakan reaksi biosintesis IAA yang umum terjadi pada tanaman.
Reaksi ini diawali dengan transminasi Trp katalis menjadi asam Indolpiruvat
oleh enzim Triptofan Transminase, asam Indolpiruvat kemudian dirubah menjadi Indoleasetaldehid oleh enzim
Dekarbosilase, kemudian tahap terakhir Indoleasetaldehid melalui dehidrogenasi
oleh enzim Dehydrogenase dirubah menjadi Indoleacetid
acid (IAA)
b.
Reaksi
Indoleacetaldoxim
Reaksi ini, merupakan reaksi
yang khas pada tanaman Brassicaceae dan Resedaceae. Reaksi ini diawali dengan
pembentukan Indoleacetaldoxim dari triptofan oleh enzim Monooksigenase,
kemudian dirubah menjadi Indolacetonitrill. Oleh enzim Nitrilase, kemudian dirubah
menjadi IAA.
c.
Reaksi
Triptamin
Reaksi ini diawali dengan
dekarboksilasi Trp menjadi Triptamin oleh enzim Dekarboksilase. Triptamin kemudian dioksidasi dan
deaminisassi untuk menghasilkan Indolasetaldehid. Molekul ini akan mengalami
oksidasi lebih lanjut untuk menghasilkan IAA.
Pada umumnya, auksin diproduksi pada daerah meristem
seperti tunas pucuk, pucuk tunas daun, atau benih yang sedang berkembang dan di
translokasikan menuju daerah perakaran (Ljung et al., 2005). Dari tempat sintesis, auksin didistribusikan
langsung ke seluruh bagian tanaman untuk beberapa bentuk proses perkembangan
seperti pembelahan sel, pemanjangan sel, pertumbuhan akar lateral, dominansi
apikal, perkembangan daun dan bunga (Davies, 2004). Secara fisiologis sistem
transport auksin dilakukan melalui dua tipe jalur yang berbeda, yaitu secara
non polar melalui floem dan secara polar melalui sel ke sel. Menurut Michniewicz et al. (2007), sistem transport non polar melalui floem berlangsung
relatif cepat dengan perpindahan molekul berlangsung selama 5 – 20 cm per jam.
Pada sistem ini, auksin bersama dengan metabolit lain ditransportasikan melalui
floem ke organ dan jaringan lain kemudian secara bertahap di distribusikan
lebih spesifik melalui sistem polar.
Pada sistem transport polar yang terjadi dari sel ke sel
(Raven, 1975) berlangsung selama 5-20 mm per jam dan aktif untuk auksin eksogen
(Michniewicz et al., 2007; Lomax et al., 1995). Pada tipe tersebut ada
dua macam penggolongan yaitu jarak jauh (distribusi ke seluruh bagian tanaman)
dan jarak dekat (didistribusikan ke jaringan spesifik). Di dalam sel penyebaran
auksin terjadi secara lateral (ke samping), acropetal (ke atas) maupun
basipetal (ke bawah) (Rashotte et al.,
2000). Menurut Jenik and Barton (2005) auksin dapat melintasi membran sel
menuju sel karena ada protein (AUX1) yang membawanya. Protein tersebut termasuk
dalam auxin amino acid permease (AAAP) atau auxin amino acid transporter.
0 comments