Tujuan dari kultur pucuk adalah
perangsangan dan perbanyakan tunas-tunas atau cabang-cabang aksilar. Proses
penggandaan tunas sangat tergantung pada konsentrasi zat pengatur tumbuh
sitokinin pada media kultur (Iliev et al.,
2010). Tunas-tunas yang berhasil tumbuh dapat di subkultur atau diperbanyak
lagi atau dapat diakarkan dan ditumbuhkan dalam kondisi in vivo.
Metode kultur yang sering diterapkan adalah kultur pucuk menggunakan tunas yang mengandung meristem
pucuk lateral pada ruas ke-2. Anis et al.,
2003 telah mengujikan tunas aksilar dan apikal dari tanaman Morus alba, dan
hasilnya menunjukkan bahwa tunas aksilar menghasilkan tunas lebih banyak dan
lebih responsif dibandingkan dengan tunas apikal. Ukuran pucuk yang digunakan
kurang lebih 2 cm. Menurut Wattimena et
al., 1992, ukuran eksplan yang lebih besar memiliki tingkat pertumbuhan
lebih cepat pada tahap inisiasi secara in
vitro. Selain itu menurut George et al.
(2008), teknik kultur dengan menggunakan tunas aksilar paling banyak digunakan
karena metode ini paling efektif dan memiliki keberhasilan tinggi untuk
perbanyakan tanaman. Metode ini juga merupakan metode yang paling banyak
diterapkan untuk produksi masal tanaman kayu (Lineberger, 1980). Selain itu
dengan kultur pucuk memungkinkan untuk mengontrol tunas yang bebas virus dan
laju perbanyakannya tinggi.