Sitokinin pertama kali ditemukan oleh F. Skoog and C. Miller (1950) sebagai pemacu pembelahan sitokinesis. Sitokinin yang pertama kali di temukan adalah adenine yang merupakan bentuk dasar dari kinetin (6-furfuryl amino pourine) Schmulling (2004). Senyawa tersebut dapat meningkatkan pembelahan sel, pembesaran sel, poliferasi pucuk, dan morfogenesis pucuk (Smith, 1992 dalam Zulkarnain, 2009). Menurut George dan Sherrington (1984), apabila ketersediaan sitokinin di dalam media kultur in vitro sangat terbatas, maka pembelahan sel pada jaringan yang dikulturkan akan terhambat. Bila jaringan tersebut dikulturkan pada medium dengan kandungan sitokinin yang memadai maka pembelahan sel akan berlangsung secara singkron. Selain kinetin, zeatin (6-(4-hydroxy-3-methylbut-2-enylamino) purine) merupakan salah satu sitokinin alami yang ditemukan pada jagung muda (Miller, 1965; Martin et al., 2001). Ada juga beberapa sitokinin sintetis yang sering digunakan dalam kultur in vitro seperti, benzyl adenine (BA), 6-benzyl amino purine (BAP), 2-iP, Thidiazuron (TDZ).


Struktur sitokinin alami, a). Kinetin; b). Zeatin
Sitokinin telah ditemukan pada sebagian besar tumbuhan tingkat tinggi, khususnya pada daerah meristematis akar, daun muda, buah yang sedang berkembang, dan biji (Salisbury and Ross (1992); Srivastava (2001), akan tetapi produksi utama sitokinin terdapat pada ujung akar (George et al.,2008).

Secara singkat biosintesis sitokinin pada tumbuhan tingkat tinggi melalui jalur mevalonate (MVA Pathway) diawali isomer Isopentyl pyrophosphate + adenosine monophosphate (AMP) dirubah menjadi Isopentyl adenosine 5 fosfat (Isopentenyl AMP) kemudian dihidrolisis oleh enzim  isopentenyl AMP synthase menjadi fosfat dan isopentenyl adenosine. Isopentenyl adenosine kemudian melepaskan gugus ribose dan membentuk isopentenyl adenine (sitokinin), mengalami oksidasi menjadi zeatin (siokinin) dan mengalami reduksi NADPH menjadi dihidrozeatin (sitokinin) (Mc Gaw, 1995).

Transport sitokinin melalui dua cara yaitu sistem transport antar sel dan sistem transport jarak jauh. Pada percobaan menggunakan tanaman Arabidopsis, terjadinya translokasi sitokinin antar sel karena adanya katalisator berupa protein sel purin permease (PUP) dan equilibrative nucleoside transporter (ENT) yang membawa sitokinin melewati membran sel (Kudo et al., 2010; Cedzich et al., 2008).

 Sistem transport jarak jauh sitokinin bersifat akropetal dan basipetal. Sitokinin yang diproduksi di akar di translokasikan melalui xylem pada jalur transpirasi menuju pucuk-pucuk tunas atau daun. Bentuk sitokinin utama yang di transport melalui xilem berupa zeatin rebosida (tZR). Sedangkan translokasi melewati floem bersifat basipetal berupa isopentenyl adenine (iP) dan isopentenyl adenine ribosida (iPR) (Kudo et al., 2010; Hirose et al., 2008).

Read More
Posted by Unknown on Friday, March 21, 2014
1 comments
categories: | | edit post

About The Author

Visitors

Followers

Pagerank

Popular Posts